Menulis cerita darimu tidak akan
mudah. Bagian baik mana yang bisa aku buang?
Aku selalu suka bagian tiba-tiba-kamu-didepan-rumah
Ketika sepagi itu kamu bertanya “sudah berangkat belum” kemudian kamu datang
ke rumah untuk pertama kali. Tujuannya? “aku mau balikin sendok”.
...OK.
...but, how could you be there? Bahkan aku tidak pernah memberimu
alamat detail. Belakangan aku tahu kamu diam-diam memotret alamat di kartu
SIMku, mapping, mencatat beberapa landmark, dan bertumpu insting. Kamu
benar-benar berusaha.
Ketika kamu tiba-tiba datang
kerumah dengan sekantung plastik berisi sesuatu. Satu styrofoam anggur dan dua
pocky stroberi. “Pocky-nya ngga boleh dimakan sebelum anggurnya habis.
Anggurnya dimakan ya buat tambah darah, nanti pockynya buat teman ngisi buku soal,
Aku minta maaf buat yang tadi”. Waktu itu aku sedang marah karena gejala
pra-menstruasi.
Atau ketika kamu bertanya lewat
chat “sudah makan belum?” kujawab santai “belum makan, aku pengen mi instan,
boleh ya?” “jangan”...5 menit kemudian kamu bilang “aku didepan” membawa baso
keju yang gagal kita datangi di malam sebelumnya.
Atau ketika sore itu kamu bertanya “Lagi apa?” kujawab “baru mau makan
siang” kemudian kamu balas “aku sudah didepan rumah”. LIKE, REALLY? AKU BARU BANGUN
TIDUR, BAGAIMANA AKU KELIHATANNYA? DENGAN ROK DASTER BUNGA-BUNGA SELUTUT DAN
BELUM BASUH MUKA? AKU MEMANG TERLALU SIBUK UNTUK BISA MENDENGAR SUARA MOTORNYA 😔. Tapi syukurlah, bagian
“membuka pagar” tidak pernah menyedihkan, aku selalu senang melihat senyum itu. Ketika
aku marah karena aku never ready or looks beauty yet didepanmu atau bermuka
tidak menyenangkan bukan berarti aku tidak suka dengan kedatanganmu, tapi
ketahuilah hanya dengan itu aku bisa menutupi panik. Setelahnya kamu selalu
bilang “cantik kok”. Dan reaksiku? kamu pasti tahu.
Aku juga selalu suka apapun yang kamu bawa kerumah
Masih kembali ketika itu, ketika
pertama kali kamu kerumah. “Ini sendoknya, maaf lama kembalikan”. Oh siapa
yang tidak bahagia dengan mawar merah muda? Aku bahkan lebih peduli dengan
bunganya daripada sendok yang tertempel didepannya, hihi. Aku masih menyimpan bunga
pertamamu sebagai pengingat.
Atau ketika kubilang “Besok
jadwalnya banyak, jadi kamu kerumah dari pagi ya, sarapan dirumah, nanti aku
masak”. Oh wow aku benar-benar tidak terkejut dengan se-bouquet besar bunga krisan kuning dan gerbera
fuschia yang kamu pegang dibelakang punggungku ketika cuci piring. Ok, it means OH, WOW, BENTAR, CANTIK, ASTAGA, TUNGGU, OKE, KONTROL, PASANG MUKA PALM FACE. Kamu pikir kamu gagal beri
surprise? Tidak, kamu tidak gagal, aku hanya tidak ingin terlihat terlalu membuncah didepanmu. Kamu tahu apa yang terjadi dalam hati? Out of control.
“Ini buat mama, ini kecap ter-enak menurutku, aku bawa jauh jauh dari
rumah buat mama”
“Wah kecap, hal kesukaankuuu, terimakasiiiih”
“Kan aku sudah bilang, ini buat mama kok”
“...OK”
“Ini eggroll khas, homemade tapi enak”
“Wah makasih ya 🤗”
“Buat mama aja”
“...OK”
Aku selalu suka plan yang kamu buat
“Antara jumat, sabtu, minggu
besok kosongnya hari apa? Jalan-jalan yuk”. Waktu itu yang kupikirkan adalah mungkin
kita akan hangout bersama sahabatmu yang baru pulang dari Jakarta. Ternyata
prediksiku meleset, seratus persen. “Loh kan kita sudah sampai di (mall) sini,
kok malah keluar?” Tapi kamu tidak menjawab sepenuhnya, dan hanya selalu
mengetakan “Ikut aja ya”. Lalu tebak kemudian apa? Wedding Fair. Benar-benar
wedding fair. Katamu “Aku tahu kamu selalu buka-buka website vendor wedding (bridestory),
jadi kita kesini aja biar kamu puas lihat-lihat”. Pertanyaan “Unuk kapan
pernikahannya?” dari beberapa vendor tidak lantas membuat aku malu atau sedih.
Aku justru tertawa, kemudian benar benar berdiskusi denganmu tentang ini dan
itu, tentang wedding organizer yang ternyata mahal dan berniat
melibatkan-teman-saja-lah. Hahahahaha aku benar-benar senang hari itu. Sore itu
ketika kami berjalan di pedestrian kembali ke mall kutanya dia “kenapa tadi
kita kesana? Kenapa kita ngga nonton aja?” Jawabannya benar-benar sederhana “Ini
kan kali pertama kita keluar, aku ngga pengen hal ini gampang dilupakan, karena
nonton kupikir sudah sering kamu lakukan sama sahabatmu, jadi aku pilih ajak
kamu ke sana tadi”.
Aku tidak perlu menceritakan hal
detail lain tentang kamu, karena cukup aku yang menikmati bahagianya, kan?. Membuat
semesta iri karenamu bukan hal sulit, tapi bukan itu tujuanku. Aku hanya perlu
bersyukur luar biasa, membalas bahagia, menikmati setiap momen yang kuhabiskan
dengan kamu, menertawakan hidup, mengomentari sesuatu yang melintas,
menyempurnakan segala hal bersama, saling menceritakan hal-hal sederhana, dan
membangun mimpi pelan-pelan. Berpijak diatas sesuatu yang belum kokoh memang
mengkhawatirkan, tapi tidak apa-apa, nanti kita akan lekas jadikan pijakan kita
menjadi beton yang kuat untuk langkah selanjutnya, ya?
Karena terlalu banyak rasa
syukurku, maka harus kupersingkat dengan “Terima kasih untuk segala hal”.
Karena terlalu banyak kesalahanku
maka harus kupersingkat menjadi “Maaf untuk semua kesalahanku”.
Karena akan banyak hal didepan yang
akan terlewatkan tanpa kamu maka harus kupersingkat “Tolong jaga diri ya, ditata niatnya. Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Jangan datang terlambat."
Tanpa ada niat untuk membuatmu tampak terlalu baik, dan tanpa ada niat menyakiti siapapun.
0 comments:
Posting Komentar
Tulis "komentarmu"-mu disini :)