18/02/2015

Lelaki Dingin Berpeluk Hangat

Posted by Audy at 23:12
:Randi Christyanto Dwi Putra
Bersamamu aku bagai menaiki kapal;
melarung perahu-perahu kecil berisi harapan,
menjatuhkan tetes air mata ke laut,
dan memamerkan tawa di hadapan senja.

Kau datang dengan membawa senyum malu-malumu dan terkadang aku dalam keadaan berantakan tak berdandan. Kau selalu bisa membaca kekhawatiranku yang berujung kau tenangkan dengan perkataan singkat namun tulus.“Santailah. Begini saja juga bagus.” Seketika senyumku mengembang tanda kekhawatiranku yang melebur. Sebentar, mengapa kau gunakan kata bagus, bukan cantik? Hahaha, ya ya, aku mengerti kau terlalu pemalu mengatakan aku cantik sambil menatap mataku. Katakanlah aku besar kepala. Tetapi dipujimu begitu saja aku sudah sangat senang mengingat jarangnya kau mengungkapkan sesuatu dengan bahasa verbal.
Kau itu, Lelaki pendiam yang selalu aku kagumi. Tak banyak kata keluar dari bibirmu. Ia lebih banyak mengatup dan kakimulah yang lebih sigap berjalan ke arahku. Rentang tangan yang lebih banyak terbuka, menangkap semua dinginku. Apapun yang kau lakukan sungguh tak banyak kata, namun tak ada satupun gerakmu yang terlewat dalam ingatanku. Sesederhana apapun pemberianmu, sungguh memberi arti. Mereka bilang kau manusia dingin yang terkadang sulit didekati, tanpa mereka tahu kau memiliki peluk hangat yang paling kutunggu-tunggu di tiap kedatanganmu.
Aku mengerti, tak jarang kau berusaha mengerti aku dan khayalan-khayalanku yang kerap tak masuk akal. Kau menanggapi dengan senyum, meski tanpa kata. Tak apa, aku tahu kau mendengarkanku. Sebab kaulah Lelaki tersetia yang bersedia mendengarkan ocehan-ocehanku, semua kesah, atau sekadar keluhan tak penting tentang kesalahan memasukkan bumbu ke masakan yang kusajikan untukmu. Penerimaanmu yang luar biasa, kau tetap menghargai dengan menikmati apa yang telah kubuat.
Aku meminta maaf untuk segala perlakuan yang pernah tak sengaja menyakitimu. Kau tentu dapat merasakan seberapa besar aku menyayangimu meski terkadang aku melakukan hal-hal bodoh yang membuatmu naik darah. Namun, segala yang aku upayakan adalah untuk membahagiakanmu. Hanya saja kadangkala aku larut dalam ego, dunia dan kesukaanku hingga kesalmu justru tak terbaca olehku. Aku tak cukup peka untuk melirikmu yang sedang terdiam menyembunyikan kesal. Kadangkala aku memang menyebalkan, tetapi ketahuilah ini, hanya padamu aku merasa nyaman membuka kekurangan dan keterbatasan.
Beberapa kecintaan kita adalah sama, tetapi berbeda perkara cara menikmati. Semoga ini tak akan jadi masalah untukmu. Namun jika masih ada waktu, demi bahagiamu aku akan mengabaikan keterbatasanku (kau tahu maksudku) lalu ikut ke tengah laut. Bukan dengan perahu sewaan seperti yang aku lakukan sebelumnya, tetapi bersama kamu, di atas papan selancarmu melihat senja dari tengah laut. Pasti lebih indah.
Bersama kamu, aku merasa semua terasa lebih mudah. Banyak kebiasaan dan kenangan baik yang jadi kekuatanku ketika keraguan menjangkiti pikiran. Maka, terima kasih untuk segala pemberian. Terima kasih untuk segala kasih dan penerimaan. Terima kasih untuk segala cinta terhadap kekuranganku. Terima kasih untuk segala sabar dan pemakluman yang sering tak aku sadari.
Meski aku menuliskan ini dengan kata-kata manis, aku tak mengharap kau melakukan hal sama. Inilah aku, yang mencintai kata-kata. Bagiku, membuatkanmu tulisan sama dengan memasukkan kau ke dalam kecintaanku, sebab kaupun adalah satu-satunya lelaki hebat yang kucintai. Darimu aku tak memerlukan bunga dan puisi. Aku tak menginginkan lagi pujian sebab aku telah yakin pandanganmu hanya untukku. Semua ketulusanmu dalam membahagiakanku adalah pemberian yang melebihi puisi. Kebersamaan kita menjawab semua keinginan yang pernah kulayangkan pada Semesta. Aku mengharap masih ada banyak kesempatan yang tersedia untuk aku dapat menemanimu menjamah tempat-tempat indah.
Memang ada kalanya kita terjatuh dalam pertengkaran. Saling melempar ego hingga lupa hendaknya waktu dihabiskan untuk berbahagia atau bersama-sama menertawai hidup. Namun jangan sampai hilang keteguhan dari hatimu, sebab tak ada yang berubah dari perasaanku sekalipun aku dalam kemarahan.
Semoga apa yang kuyakini adalah sama dengan keyakinan dalam hatimu,
bahwa segala kesulitan di depan mata kita
hanyalah badai yang sesungguhnya mampu terlewati.


Aku menyayangimu, Randi Christyanto Dwi Putra.

Rossa Aulidya Firdaus

(from zenna)

1 komentar:

Tulis "komentarmu"-mu disini :)

 

A U D Y's World Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea