Aku tidak sepenuhnya mencerca jarak. Bahkan
padanya aku harus mengucap terima kasih untuk belajar mencintai sewajarnya,
merindu secukupnya, kadang menangis sesudahnya.
Jarak benar-benar mengajarkan bagaimana cara menghargai waktu. Waktu jam makan siang menjadi benar-benar istimewa dinanti agar bisa lekas menyapa kamu; atau ketika malam datang memberi ruang untuk saling berbalas pesan sebelum kantuk memeluk.
Aku belum bosan menceritakan hal-hal
sederhana yang terjadi di setiap hari. Bagaimana cuaca hari ini, lelah dan
lucunya di kantor, padatnya lalu
lintas, dan banyak hal lain.
Aku belum bosan menanyakan baju apa yang kamu pakai hari
ini (padahal aku tahu jawabannya akan selalu sama, hem polos abu-abu berlengan pendek hehe), menanyakan kendaraan apa yang kamu dan teman-teman tumpangi, mengucap selamat berbuka
setiap senin dan kamis sore hari.
Aku memang tidak sepenuhnya mencerca jarak; kecuali sebab tiga hal: setangkup rindu, jaringan buruk telepon genggamku, dan mood tidak menentu.
Kurasa doaku akan sama
seperti yang sudah banyak mereka ucap, "Semoga sibukku dan sibukmu adalah sibuk
yang baik, yang mampu mendekatkan rezeki baik, yang mampu membuat Tuhan percaya
kita berjuang di jalan yang baik"
0 comments:
Posting Komentar
Tulis "komentarmu"-mu disini :)